Sunat telah dilakukan sejak zaman prasejarah, diamati dari gambar-gambar di gua yang berasal dari Zaman Batu dan makam Mesir purba. Alasan tindakan ini masih belum jelas pada masa itu tetapi teori-teori memperkirakan bahwa tindakan ini merupakan bagian dari ritual pengorbanan atau persembahan, tanda penyerahan pada Yang Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, atau upaya untuk mengubah estetika atau seksualitas. Sunat pada laki-laki diwajibkan pada agama Islam dan Yahudi. Praktik ini juga terdapat di kalangan mayoritas penduduk Korea Selatan, Amerika, dan Filipina.
Gambar gua dari Mesir Purba tentang sunat, pada dinding dalam Temple of Khonspekhrod, sekitar 1360 SM |
Lampung
Busunat, tradisi khitan ala suku Lampung |
Dalam tradisi masyarakat Lampung pesisir prosesi ngarak dilakukan dan biasanya tempat yang dituju untuk ngarak adalah rumah dari orangtua kabayan (pengantin) itu berasal. Maka pada tradisi ngarak ini kedua kabayan sunat tadi dari rumah diarak menuju rumah nenek/kakek mereka dari pihak ayah. Saat rombongan ngarak sampai di rumah yang dituju maka sang tuan rumah mempersilahkan masuk para peserta ngarak. Kedua kabayan sunat ini kemudian berganti pakaian menggunakan pakaian tradisional Lampung pesisir. Pakaian adat tersebut dibawa oleh beberapa orang yang turut dalam prosesi ngarak sebelumnya.
BETAWI
Upacara Sunat/Khitanan di Daerah Betawi |
Khitanan secara tradisional dilakukan oleh seorang "tukang sunat" atau disebut "Bengkong". Kini tidak jarang orang Betawi yang menggunakan tenaga mantri atau dokter untuk mengkhitan anaknya. Untuk melaksanakan khitanan, tukang sunat biasanya dipanggil ke rumah yang punya hajat.
Sebelum dikhitan, selepas waktu ashar, anak yang akan dikhitan terlebih dahulu dimandikan, kemudian dikenakan pakaian indah yang biasanya disewa. Bahan pakaian terbuat dari kain satin yang mengkilap, terdiri dari celana panjang yang longgar dan kemeja tangan panjang serta mengenakan "alpiah" yang bentuknya memanjang ke atas. Hiasan lainnya berupa ikat pinggang yang besar dan diberi asesoris. Anak yang akan di sunat dalam busana ini biasa disebut "Pengantin Sunat".
Pakaian kebesaran anak sunat ini lebih banyak memperlihatkan dari busana Arab. Hal ini dapat dilihat dari beberapa buah nama bagian pakaian adat tersebut, misalnya tutup kepala yang disebut "alpiah", jubah panjang yang disebut "gamis", dan baju luar yang disebut "jubah/jube".
Keesokan harinya sebelum matahari terbit, si anak dimandikan. Anak yang akan disunat direndam beberapa saat dengan maksud untuk mendapatkan kekebalan pada saat dikhitan, hingga rasa sakit akan berkurang. Setelah dimandikan, ia dibawa ke halaman di samping rumah. Di tempat itu ia dipangku oleh kakeknya, sementera sesajen dan peralatan sunat sudah disiapkan. Tukang sunat dan beberapa orang tua kerabat hadir pula untuk menyaksikan khitanan. Kemudian tukang sunat melaksanakan khitanan, dengan memotong kulit ujung penis sianak, kira-kira 1 cm panjangnya. Alat yang dipergunakan untuk memotong yaitu pisau yang terbuat dari bambu dan telah diberi ramuan. Posisi anak waktu di sunat yakni dipangku oleh engkongnya (kakeknya), kaki direntangkan ke kiri dan ke kanan, matanya ditutup kain sarung yang dipakainya. Setelah itu tukang sunat membacakan mantera-mantera dan doa-doa yang ditutup dengan salam, maka selesailah acara khitan tersebut.
Si anak kembali dipangku oleh kakeknya dan dibawa ke dalam rumah, di mana telah disiapkan tempat duduk. Pakaian yang dikenakan oleh anak setelah dikhitan adalah kemeja biasa dan sarung yang pada bagian mukanya diberi sabut kelapa, yang berfungsi menjaga agar kain sarung tidak menggores luka pada batang penis si anak.
Anak yang telah dikhitan didudukkan di atas kursi yang sudah disiapkan, dialasi dengan karpet dan di kiri kanannya diletakkan kursi untuk duduk orang tuanya. Tamu-tamu yang hadir memberikan selamat dan doa restunya kepada anak yang dikhitan, sambil memberikan uang secara suka rela kepada anak yang dikhitan sebagai pengobat rasa sakit.
Sementara itu "Bengkong" telah selesai melaksanakan tugasnya. Keluarga yang punya hajat membekali sesajen, ayam jantan hidup.
JAWA
tradisi sunatan jawa |
Malam pelaksanaan khitanan disebut sebagai malem pegasan. Megas atau meges memiliki arti memotong atau mengiris. Peralatan khitan yang masih serba tradisional di masa lalu menjadikan luka bekas khitan harus menunggu beberapa hari untuk kering dan sembuh. Hal inilah yang menjadikan gerak dan aktivitas si bocah yang dikhitankan menjadi sangat terganggu. Bahkan agar rasa sakit akibat gesekan terhadap “bungkusan perban”, si bocah harus senantiasa mengenakan kain sarung.
ACEH SELATAN
Tradisi Sunat Rasul di Aceh Selatan |
Setelah waktu ditetapkan, masyarakat (pemuda) bantu membantu melakukan persiapan untuk acara sunatan rasul (khitan), proses persiapan akan dipimpin langsung oleh ketua pemuda setempat. Mulai dari membangun teratak, angkat-mengangkat sampai dengan hal-hal lainnya yang membutuhkan bantuan pemuda. Prosesi ini disebut Pasang Tampek
Duduak rami merupakan acara duduk bersama segenap masyarakat desa terutama tokoh dan perangkat-perangkat desa lainnya, kegiatan ini guna mengabarkan, membahas keunuri rayeuk (acara kenduri) atau acara utama pada hari “H”.
Ba Inai atau memakai inai (pacar) di sekitar ujung jari tangan kaki pada Linto yang akan disunat rasul(khitan), kegiatan ini dimulai dari malam Duduak rami setelah tamu pulang hingga tiga malam berturut-turut. Ba Inai biasanya dilaksanakan oleh perempuan-perempuan remaja yang masih memiliki hubungan famili maupun tetangga.
Basuntiang adalah proses pemberkahan secara adat. Biasanya akan dilaksanakan esok harinya setelah malam Duduak rami, Basuntiang ini dilakukan oleh beberapa pihak keluarga terdekat atau yang memiliki hubungan emosional dengan keluarga yang menyelenggarakan acara.Acara basuntiang ini sifatnya seperti utang tersirat artinya pihak penyelenggara yang sudah mendapatkan pesuntiang ini dari tamu atau keluarga dekat, akan melakukan hal yang sama pada saat pihak pesuntiang yang lain akan menyelenggarakan acara sunat rasul maupun acara pernikahan.
Kanduri Urang Datang adalah dimana para ibu-ibu tetangga dan desa setempat datang membantu menyiapkan persiapan untuk acara puncak keesokan harinya dengan memasak, dan menyiapkan beberapa keperluan lainnya sedangkan beberapa lainnya menyiapkan balee (tempat) untuk acara Mandi Pucuak keesokannya.
Urang Datang merupakan hari puncak dimana para tamu undangan akan datang beramai – ramai kerumah untuk mengucapkan kata – kata selamat dan bersalaman dengan Linto khitan dan orang tuanya. Dihari tersebut para tamu akan dijamu makan dan minum oleh pihak tuan rumah. Ada juga pergelaran kesenian yang digelar sebagai penghormatan tuan rumah terhadap tamu.
Selanjutnya acara Mandi pucuak (memandikan dengan air dalam janur kuning), acara mandi pucuak ini akan dipimpin oleh ibu kepala desa kepada si linto, calon yang akan dikhitan. Biasanya diacara ini akan disertai dengan alunan selawat dan nyanyian Hasyem Meulangkah, yakni sebuah nyanyian tentang cerita hasyem yang akan melaksanakan khitan yang dibarengi dengan tarian. Sebelum prosesi mandi pucuak ini, si Linto akan terlebih dahulu dipangkas rambutnya oleh orang pilihan dari keluarganya.
SUNDA
Tradisi Khitanan masyarakat Sunda |
Rombongan penganten sunat ini keliling desa ditemani dengan kesenian Sunda yang meriah. Ada yang menggunakan kesenian tanjidor, yaitu orkes tardisional dari Suku Betawi dengan menggunakan alat musik tiup, gesek, dan perkusi. Ada juga yang mengarak dengan dimeriahkan kesenian sisingaan.
Sisingaan adalah kesenian Sunda yang menggunakan tandu berbentuk kepala dan badan singa. Dalam pesta khitanan yang menggunakan sisingaan, si anak laki-laki yang akan dikhitan diarak diatas tandu singan tersebut. Selain itu ada pula yang mengarak dengan menampilakan kesenian kuda renggong.
Setelah pesta arakan, pada malam harinya diadakan acara syukuran untuk anak yang akan dikhitan. Pada acara syukuran keluarga si anak mengundang tetangga dan keluarga besar untuk membacakan doa-doa untuk keselamatan si anak. Dalam syukuran biasanya digelar juga acara jamuan makan keluarga. Kemudian esok paginya, anak yang akan dikhitan biasanya berendam di air dingin supaya baal atau kebal. Segera setelah kebal anak pun dikhitan. Ada yang menggunakan jasa mantri ada pula yang pergi ke dokter.
Setelah dikhitan, digelar lagi pesta untuk si pengantin sunat agar ia melupakan rasa sakit karena dikhitan. Pada saat ini biasanya tetangga dan kerabat keluarga akan menyalami si anak dan memberinya uang yang dalam bahasa Sunda disebut uang nyecep. Uang nyecep ini diberikan agar si anak berhenti menangis dan merasa senang. Setelah itu pada malam harinya diadakan pagelaran kesenian Sunda dihalaman rumah pengantin sunat. Kesenian Sunda yang umum digelar adalah tari jaipongan, wayang golek, dan wayang kulit.
TENGGER
Tradisi Khitanan masyarakat Tengger |
Selanjutnya tuan rumah mempersiapkan ritual sebelum proses khitanan dimulai. Ritual ini dipimpin oleh “mbah dukun”. Pada saat ritual, “mbah dukun mengenakan baju berwarna hitam dengan ikat kepala, begitu pula dengan “asisten dukun” yang menggunakan pakaian yang serupa. Dalam memulai ritualnya, mbah dukun duduk di kursi pendek dan di belakangnya terdapar anak yang akan dikhitan yang didampingi oleh beberapa anak kecil yang juga di make-up serupa dengan anak yang akan dikhitan.
Di depan “mbah dukun” terdapat beberapa perlengkapan yakni ada kelapa yang terbelah dan diletakkan pada kedua sisi. Terdapat pula pohon pisang dan daun kelapa bersama kembar mayangnya serta beberapa ranting daun beringin. Di bagian tengah terdapat buah pisang dan buah kelapa yang masih utuh. selain itu ada pula sesajen yang juga digunakan untuk dalam ritual kali ini.
Selanjutnya “asisten mbah dukun” menyalakan api pada sumbu yang terdapat di kelapa yang terbelah. Kegiatan ini mengawali pembacaan mantra oleh mbah dukun. Selanjutnya mbah dukun membaca mantra sembari memegang wadah kuningan yang berisi air dan diaduk dengan menggunakan semacam daun pisang yang digulung. Selanjutnya mbah dukun mengambil gentong yang diberi air kelapa muda dan diaduk dengan menggunakan seikat daun beringin. Kemudian mbah dukun berdiri membelakangi anak-anak dan memercikkan air gentong pada anak-anak dengan menggunakan seikat daun beringin tersebut.
Ritual ini dilanjutkan dengan mengikat tangan anak-anak dengan menggunakan benang wol dan memberi anak sejumput beras yang diletakkan pada telapak tangan anak. Selanjutnya dilakukan proses khitanan di ruang terbuka. Anak tersebut di dudukkan di sebuah kursi dan pada bagian bawah kursi diletakkan beberapa kue semacam kue apem, kemudian telur yang diletakakn pada wadah daun pisang, dan beberapa bunga (entah berapa rupa). Proses khitan dilakukan dengan menggunakan bilah bambu yang pada ujungnya diberi silet tajam. Kegiatan ini dilakukan oleh dukun yang berbeda dari dukun yang pertama.
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai khitanan Indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetaui lebih jauh mengenai indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di Indonesia Gunadarma
BalasHapus